DETIK-DETIK PEMBERANGKATAN HINGGA BERTEMU KA’BAH

Setelah menunggu bertahun-tahun lamanya, akhirnya tibalah hari pemberangkatan ke tanah suci. Senin, 11 Desember 2006 pukul 12.30 WIB dari taman krida budaya, jama’ah kloter 45 dan 46 dari kota Malang di lepas oleh Walikota Malang. Ribuan orang dengan suka rela berkumpul di bawah terik matahari ‘hanya’ untuk mengantar kepergian sang calon haji. Bahkan saat bis mulai berjalan, isak tangis keluarga yang ditinggalkan seolah tak terbendung. Di antara pengantar, ada sebagian yang bukan keluarga dan kenalan dari jama’ah haji. Sebagian dari mereka adalah para haji yang ingin mengenang kembali keberangkatan mereka. Dan sebagian yang lain adalah orang yang sangat berhasrat segera menunaikan haji (baik yang sudah mendaftar atau belum). Mereka semua larut dalam suasana haru melepas kepergian sang ‘calon haji’, sambil membayangkan kalau diri mereka yang berangkat ke tanah suci.

Setelah sukses melewati jalur lumpur LAPINDO yang biasanya macet, rombongan kami tiba di asrama haji sukolilo – Surabaya pukul 14.30 WIB. Kami langsung berkumpul di ruang mina untuk pembagian kartu kesehatan dan pengambilan sidik jari (jempol kanan dan kiri dengan scan computerized). Selanjutnya istirahat selama sehari semalam di asrama haji sebagai masa karantina. Saya ditempatkan di kamar 313 di gedung F1, yang berisi 6 orang. Selama di asrama haji kegiatan kami adalah sholat berjama’ah di masjid, makan diruangan /hall F, pertemuan ketua regu (karu) dan ketua rombongan (karom) untuk terima buku petunjuk, gelang tanda jama’ah haji, masker dan honor karu serta karom.

Setiap hari selama masa haji, ada 4 kloter jama’ah calon haji yang keluar masuk asrama haji. Untuk kloter kami (45) prosesi pemberangkatan dilakukan pada hari Selasa 12 Desember 2006 pukul 13.30 WIB. Setelah kloter 44 berangkat, kami diminta kumpul di ruangan Bir Ali (lantai 2). Setelah pengarahan akhir, dilakukan pembagian passpor, boarding pass dan living cost selama di tanah suci. Bagi jama’ah yang sudah selesai,  segera keluar ruangan menuju bis dengan terlebih dulu melalui pemeriksaan dengan metal detector sebagaimana di bandara. Setelah menunggu jama’ah lain siap maka seluruh kloter 45 berangkat dari sukolilo jam 15.20 WIB. Perjalanan ke bandara cukup lancar karena memang dikawal polisi. Kami tiba di juanda yang baru pindah tersebut sekitar pukul 16.00. Sekitar pukul 17.00 WIB jama’ah kloter 45 dipersilahkan memasuki pesawat, tanpa pemeriksaan ulang.

Tepat pukul 18.05 WIB pesawat take off dari lapangan udara juanda yang baru. Seluruh jama’ah calon haji yang berangkat dari embarkase surabaya menumpang pesawat saudi arabia airline yang berkapasitas 450 orang. Di dalam pesawat, kita sudah mulai berinteraksi dengan orang asing karena pramugarinya bukan orang Indonesia. Selama hampir 10 jam di dalam pesawat, kita mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang makan minum cukup baik. Setelah makan malam sekitar jam 20.00 WIB, sebagian besar jama’ah calon haji mulai tidur. Sekitar pukul 02.00 WIB, diumumkan bahwa pesawat akan melewati batas miqot 1 jam lagi sehingga jama’ah yang mengambil miqot di pesawat segera mengenakan pakaian ihrom. Dari balik jendela, kita bisa saksikan keindahan malam kota Jeddah yang terlihat dari gemerlapan lampu jalan yang tertata rapi. Pesawat mendarat dengan mulus di bandara king abdul aziz tepat pukul 04.00 WIB atau 12.00 waktu saudi arabia (selisih 4 jam). Sebagaimana biasa kita dijemput bis dan langsung masuk ruang imigrasi. Pemeriksaan administrasi cukup rapi, mulai buku kesehatan (walaupun tdk semua diperiksa) sampai passpor. Setelah passpor selesai, kita mencari tas koper masing-masing untuk selanjutnya diangkut oleh truck menuju hotel dimana kita menginap.

Di pelataran bandara King Abdul Aziz kita istirahat dan mengenakan pakaian ihrom (bagi yang mengambil miqot di Jeddah). Pelataran tersebut sangat luas dengan beratapkan tenda yang permanent. Kebersihan lantai juga sangat diperhatikan sehingga kita tidak risih ‘ngglempo’. Kamar mandi umum di Saudi Arabia sangat simple, yaitu sebuah ruangan 1X2 meter dengan fasilitas closet (tepatnya lubang secukupnya) dan selang yang nyambung ke kran air. Kita juga mendapat jatah makanan dan buah gratis dari pemerintah Saudi Arabia.

Sekitar pukul 02.00 dilakukan persiapan ke makkah, dimulai dengan berbaris berdasarkan rombongan dengan dipandu petugas yang membawa nomor rombongan (kayak kontingan PON). Masing-masing rombongan menuju bis yang sudah disediakan. Saat itu passpor kita dikumpulkan dan diserahkan kepada sopir tersebut. Jadi sopir tersebut berfungsi juga sebagai koordinator pengumpulan passpor. Makanya sopir tersebut berulang kali menghitung jumlah jama’ah dan mencocokkannya dengan jumlah passpor yang dikumpulkkannya. Kita akan mendapatkan kembali passpor tersebut menjelang pulang di Madinah. Setelah semua dinyatakan beres, sekitar pukul 03.00 akhirnya bis mulai berjalan dan talbiahpun dikumandangkan yang dipimpin oleh ketua rombongan. Di tengah perjalanan sempat mampir ke sebuah tempat mirip terminal yang ternyata pusat manajemen haji. Di sana yang kita ketahui hanya menerima 1 botol kecil aqua saja (mungkin sopir laporan jumlah jama’ah haji). Ketika memasuki gerbang kota makkah (ditandai dengan monumen Al Qur’an raksasa), kita juga berdo’a bersama sesuai tuntunan manasik.

Sekitar pukul 05.30 kita tiba dengan selamat di maktab 29 hotel bernomor 503 Hafair. Pada saat itu menjelang subuh dan terlihat berduyun-duyun ribuan jama’ah menuju baitullah untuk tunaikan sholat subuh. Sebuah pemandangan yang mirip dengan suasana persiapan sholat ied di tanah air. Hotel Mawaddah, tempat kita menginap, berjarak sekitar 800 meter dari Masjidil Haram dengan kondisi jalan yang naik turun. Kami belum bisa sholat subuh berjama’ah di Masjidil Haram karena harus selesaikan persoalan teknis berkaitan dengan kamar, koper dan seterusnya. Setelah sholat subuh berjama’ah di hotel dan menyelesaikan pembagian kamar, kita ke lantai dasar untuk ambil koper yang masih menumpuk. Sebagian jama’ah mulai melakukan aktivitas bersih2 diri, istirahat dan sarapan dengan bekal seadanya.

Pukul 08.15 kita kumpul di ruang lobby untuk persiapan umroh. Dari maktab / hotel kita jalan kaki bareng ke Masjidil Haram yang memakan waktu kurang lebih 20 menit. SubhanAllah, akhirnya kita akan segera menjumpai baitullah, sesuatu yang selalu menjadi cita-cita bagi setiap muslim. Kita masuk lewat pintu king fahd dengan kode nomor 79 (pintu yg berhadapan dg dar at-tauhid hotel). Sebagaimana manasik yang telah disampaikan, kita berhenti sebentar untuk berdo’a ketika mau masuk pintu Masjidil Haram. Begitu juga ketika tiba di pelataran ka’bah kita dibimbing untuk mengucapkan do’a melihat ka’bah. Melihat Ka’bah secara langsung untuk pertama kalinya, sempat termangu beberapa saat, sambil merenung betapa kotak kubus hitam tersebut punya daya magnet yang mampu mengundang jutaan manusia, bi idznillah tentunya. Kalau dilihat dari sisi fisiknya semata, rasanya tidak ada sesuatu yang sangat istimewa. Tapi demikianlah kehendak Allah SWT, yang menjadikan bangunan pertama di dunia ini sebagai simbol persatuan umat. Terlihat lautan manusia berputar membentuk arus mengelilingi ka’bah.

Selanjutnya kami melakukan persiapan untuk thawaf. Ketua rombongan menyampaikan arahan untuk koordinasi sekaligus antisipasi kalau ada anggota rombongan yang terpisah. Kita memulai thawaf dari rukun hajar aswad atau sudut yang sejajar dengan lampu hijau sebagai tanda untuk memudahkan jama’ah yang sedang thawaf. Thawaf kita awali dengan ucapan “Bismillahi Wallahu Akbar” dalam posisi tangan diarahkan pada hajar aswad dan dikecup ke bibir. Seterusnya kami berjalan mengikuti arus jama’ah yang sedang thawaf dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Salah satu ketentuan dalam thawaf adalah kita harus senantiasa

dalam keadaan berwudhu/suci dan posisi pundak kiri mengarah ke arah ka’abh. Selama thawaf kita membaca do’a, baik secara berjama’ah ataupun sendiri-sendiri. Saya sendiri memakai alat bantu berupa audio hajj, yang menuntun berbagai do’a selama ibadah haji secara digital. Kita tinggal menekan tombol sesuai dengan menu do’a yang tersedia, maka akan segera diperdengarkan do’a tersebut berikut terjemahannya melalui earphone yang terpasang di telinga kita. Alat tersebut cukup membantu agar kita lebih khusyu’ dalam ibadah dan tidak mengganggu jama’ah lain. Karena pada saat thawaf dan sa’i ada beberapa rombongan yang dengan suara keras melakukan do’a bersama. Pada satu sisi mereka terlihat kompak, tapi pada sisi yang lain memang cukup mengganggu bagi kekhuyu’an jama’ah lainnya.

Setelah menyelesaikan thawaf sebanyak 7 putaran, kami semua menepi untuk melakukan sholat 2 roka’at di belakang maqom ibrahim. Saat berdo’a sesudah sholat, mata terasa hangat dan air matapun mengalir tidak terbendung. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena asykar sudah mengusir kami agar tidak terlalu lama dan berganti dengan jama’ah lain yang ingin sholat juga. Kamipun pergi ke multazam untuk berdo’a (multazam sebenarnya bagian dinding ka’bah antara hajar aswad dengan pintu ka’bah, tapi diperluas dengan area yg sejajar dengan bagian tersebut). Kami berdua berdo’a persis dibawah lampu hijau yang merupakan area multazam dan tangispun kembali tak terbendung mengiringi do’a2 dan harapan kami.

Kegiatan selanjutnya kita siap2 melaksanakan sa’i dengan terlebih dahulu minum air zam-zam. Lokasi mata air zam-zam sebenarnya berada di pelataran ka’bah. Dulu orang masih bisa berkunjung ke mata air tersebut, tapi saat ini semua sudah ditutup untuk perluasan pelataran ka’bah Selanjutnya kami langsung menuju bukit shofa (+ 50 m) untuk memulai sa’i. Kita berdo’a bersama sesuai tuntunan manasik. Sekali lagi tampak ribuan manusia memadati 2 sisi jarak antara bukit shofa dan marwah. Kitapun segera tenggelam mengikuti arus lautan jama’ah yang sedang melaksanakan sa’i tersebut. Dan sebagaimana thawaf, kitapun mulai terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Setelah 7 putaran yang berakhir di bukit marwah, kita lantas berdo’a dan mengakhiri proses umroh dengan tahallul (memotong beberapa helai rambut).

Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30 dan kita sekalian menunggu sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur, kita langsung pulang ke maktab untuk istirahat, makan siang dan membenahi kamar masing-masing. Menjelang waktu maghrib kita kembali ke masjidil haram untuk tunaikan sholat maghrib dan isya. Demikianlah hari-hari selanjutnya kita isi dengan memperbanyak ibadah di Masjidil Haram.

Satu Tanggapan

  1. Anda haji reguler atau plus?

Tinggalkan komentar